Tunggalan Pilihan: Oktober 2021
27 November
yeule — "Don't Be So Hard on Your Own Beauty"; Honeywhip — "Pineapple Cloud"; Rula Savira — "Villain"; Hoody — "When The Rain Stops"; Mitski — "Working for the Knife"; No Rome — "When She Comes Around"; Softcult — "BWBB"; Tiad Hilm, Dzulfahmi — "SEBELUM MATI"
Sampul oleh Ikrar Waskitarana |
Berikut adalah senarai tunggalan yang dirilis sepanjang Oktober 2021 pilihan redaksi suaka suara.
1. yeule — "Don't Be So Hard on Your Own Beauty"
Lagu penyanjung? Gitar akustik? yeule? Oh, yang benar saja! Namun, yah, meskipun terdengar mustahil, rupanya menyaksikannya terwujud tak perlu menunggu kiamat menyapa. Menyusul perkenalan ulangnya sekaligus icipan pertamanya dari bakal album kedua, Nat Ćmiel tampaknya telah cukup matang mempersiapkan elemen kejut—gambaran dari seberapa jauh gaya musiknya akan berevolusi—yang satu ini.— Adrian Surya
2. Honeywhip — "Pineapple Cloud"
Melanjutkan karir mereka yang diseret dari Tokyo ke Los Angeles, Honeywhip, sapaan dari duo anonim yang satu ini, merilis sebuah tunggalan anyar yang pengerjaannya secara utuh digarap oleh mereka sendiri. Layaknya sebuah pelarian tanpa arah, "Pineapple Cloud" mampu mengajak pendengar untuk melepas diri dari penatnya rutinitas melalui hentakan pop kamar tidur nan rancak.— Sifa Fauziah
3. Rula Savira — "Villain"
Siapa sangka? Tak hanya cakap bernyanyi, solois asal Jakarta ini rupanya juga mumpuni dalam bermain peran. Bukan sebagai dirinya sendiri, melalui tunggalan teranyarnya dari bakal EP VILLAINS, Rula berusaha berlagak menjadi Taylor Swift—si ratu drama sejagat—selama semalam dan menuliskan indahnya hidup bergelimang ketenaran meskipun dicap sebagai musuh masyarakat.— Adrian Surya
4. Hoody — "When The Rain Stops"
Menyuntikkan lebih banyak lagi dosis pop ke dalam musiknya, melalui tunggalannya yang satu ini, Kim Hyun-jung tampaknya berusaha untuk mempertunjukkan arahan baru yang ia sasar sebagai tujuan dari EP D-day. Mendampingi perubahan tersebut, musisi asal Korea Selatan ini berusaha memotret peperangan batin yang harus dialami kala sebuah hubungan asmara baru saja berakhir.— Adrian Surya
5. Mitski — "Working for the Knife"
Kelar melakukan riset berkepanjangan guna mencari jawaban apakah penghuni Venus terlalu tamak mengkonsumsi planetnya sendiri, Mitski Miyawaki akhirnya kembali menampakkan batang hidungnya di panggung musik. Sayangnya, dalam tunggalan yang memajang pisau sebagai metafora dari konstruksi sosial dan lain-lain ini, Mitski masih saja bersikeras untuk mengeksploitasi kesedihannya yang tak habis-habis.— Adrian Surya
6. No Rome — "When She Comes Around"
Memberi cicipan pertama dari calon album debutnya, musisi asal Manila ini sukses mempresentasikan hasil dari eksperimennya mengawinsilangkan musik R&B dengan kecenderungan pop terhadap prinsip-prinsip produksi shoegaze. Cerdiknya, meskipun nyaris menyerempet hiperpop, No Rome masih mampu mempertahankan ciri-ciri otentik dari masing-masing gaya musik tersebut.— Adrian Surya
7. Softcult — "BWBB"
Bukan cara berpakaian, pula situasi dan kondisi; tak akan pernah ada alasan yang dapat dibenarkan sebagai latar belakang terjadinya sebuah pemerkosaan. Demikian, sebab dibakar kemurkaan yang telah lama menggunung layaknya kasus yang termaklumi, melalui tunggalan anyar sekaligus cicipan bagi bakal EP kedua mereka, kembar grungegaze asal Ontario ini sukses melabrak budaya pemerkosaan pula kekerasan berbasis gender secara umum.— Adrian Surya
8. Tiad Hilm, Dzulfahmi — "SEBELUM MATI"
Seakan menebus kesalahannya saat turut bertutur dalam "Merayakan Tembalang", pada kesempatan berikutnya melancarkan rap dalam bahasa Indonesia ini, Hilm tampaknya telah berhasil menahan diri dari melepeh diksi-diksi kelewat lugas yang norak. Bergandengan tangan dengan Dzulfahmi, musisi asal Semarang ini sukses bertukar rima berkualitas tinggi di atas dentum produksi Cosmicburp.— Adrian Surya
0 comments