Band indie rock bernama JR. Smith, nampaknya mulai kembali memeriahkan scene kota Malang akhir-akhir ini. Band yang digawangi oleh Irham Aunur (vokal), Cyndy Mei (vokal), Izzul (gitar), Satrio (gitar), Parjo (bass), dan Diki (drum) ini memiliki sebuah keunikan, sebab kehadiran dua vokalis menjadikan lagu-lagu yang dibawakan JR Smith lebih ceria dan bertenaga.

JR. Smith lahir dari kawah candradimuka maktab Universitas Brawijaya, tepatnya fakultas Ekonomi dan Bisnis di tahun 2015. Seperti kebanyakan band kampus lainnya, JR. Smith awalnya dibuat untuk iseng saja, namun seiring berjalannya waktu JR.Smith memutuskan untuk serius berkarir di musik dan mematenkan formasinya pada tahun 2018 lalu.

Melalui EP perdana berjudul Anomali yang berisikan 2 lagu, JR.Smith melihat potensi untuk menembus pasar, khususnya pada tataran lokal. Menurut Izzul, perkembangan scene di kota Malang sedang on fire dan banyak musisi indie lokal yang sedang naik daun, namun jarang ada warna musik seperti JR.Smith. Hal ini bisa menjadi peluang dan tantangan tersendiri untuk mereka, sebab musik yang dibawa bukan musik yang diminati selera pasar pada umumnya. “Prinsipnya kita menciptakan pasar, karena pasar bisa diciptakan, dan cipta bisa dipasarkan. Kayak lagunya ERK (Efek Rumah Kaca)”, tutur Izzul.

Di kursi produksi, JR Smith dibantu oleh Rama Satria, seorang produser yang sudah berpengalaman menangani beberapa band besar di Malang seperti C-Four dan bahkan band nasional seperti Zivilia, T2, hingga Agnez Mo. Selain pada proses produksi audio, JR. Smith turut dibantu pada proses pembuatan artwork dan photo session oleh dua fotografer bernama Kenzo dan Rizal.

EP perdana JR. Smith yang berjudul Anomali ini mulai digarap serius di awal tahun 2018 dan diproses sampai dengan Oktober untuk kemudian didistribusikan ke platform musik digital. Dalam proses penggarapan Anomali, JR. Smith juga melawat ke beberapa gigs lokal di Malang untuk mempromosikannya. “Hype nya juga sudah terasa ketika itu. Apalagi di lagu ini ("Anomali"), ada part saxo(phone) yang dimainkan teman kita, Abinawa”, ujar Satrio.

Judul "Anomali" sendiri diambil dari kosakata Indonesia yang berarti ketidaknormalan. Lagu ini bercerita tentang hal hal tidak biasa yang akhirnya dapat diterima hanya karena sering dilakukan. Salah satu baitnya, “Biasanya / Biasakan / Bias sudah nilai tak ada norma / Biar sudah / Biasanya kita yang diam saja,” mengungkapkan bahwa sebenarnya kita bukan kekurangan orang hebat untuk berubah, namun kekurangan orang yang mau berbicara dan mengingatkan. Tema lagu ini dicetuskan oleh Satrio dan dikembangkan bersama dengan personel lain.

Tema berbeda hadir dalam nomor lainnya yang berjudul “Imaji”. Lagu ini bercerita tentang betapa mudahnya kita dalam bermimpi ketika masih usia belia. namun seiring berjalannya waktu dan semakin kita mengenal dunia, mimpi yang kita idamkan dari kecil terpaksa terdegradasi dan menjadi sebatas angan.

Menurut Izzul, di era saat ini dimana industri kreatif mulai mendapat tempat penting dalam industri, membuat sebuah band tidak lagi soal bagaimana kita membuat lagu, lalu tampil menunjukkan karyanya. Tapi bagaimana sebuah band ini bisa menjadi wadah pengembangan passion bagi orang-orang yang memang bergerak di bidang kreatif lainnya, seperti content creator, sound engineer, dan crew. Izzul memandang JR.Smith bukan hanya tujuh orang yang sedang memainkan musik di atas panggung saja, melainkan sebuah tim utuh nan solid yang nantinya akan menyajikan sebuah pertunjukan yang apik. “Sound engineer, crew, dan fotografer-mereka semua juga bagian dari JR.Smith”, tambah Izzul.

Ke depannya, JR.Smith akan mencoba membentangkan sayap melalui platform musik digital sebagai cara yang strategis. Melalui cara tersebut mereka berharap bisa mulai mendapatkan hati para pendengarnya dan bisa lebih menambah jam panggung mereka. EP Anomali sudah bisa di dengar di beberapa platform ternama seperti Spotify, Joox, iTunes, hingga Deezer mulai tanggal 25 Desember 2018 lalu.