Last Dinosaurs - Yumeno Garden (Ulasan)

17 November


Yumeno Garden adalah tugu peringatan bagi sebuah band yang mampu bertahan melalui masa-masa tersulitnya.

Di suatu malam kira-kira dua tahun lalu, sebuah unit dari negeri kangguru yang memiliki sejarah hubungan bilateral yang kurang akur, menyinggahi Jakarta untuk kedua kalinya di panggung helatan musik independen yang bertajuk Music Gallery. Bukan, mereka bukanlah Tame Impala, melainkan Last Dinosaurs. Sialnya, saya tidak menonton mereka pada kesempatan itu dan bahkan saya baru mulai mendengarkan lagu-lagu mereka secara intensif kira-kira setahun setelahnya. Tak masalah, karena lagu mereka yang banyak bersifat personal selalu jadi rekan yang ramah di waktu-waktu sepi dan muram.

・・・

source: twitter
9 tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi sebuah band untuk tumbuh menua. Mampu bertahan selama periode itu juga menjadi sebuah pencapaian yang seharusnya diselebrasikan. Ya, itulah ujian bagi sebuah band yang banyak diterpa badai di sepanjang hayatnya. Last Dinosaurs, dengan Yumeno Garden sebagai album ketiga yang kurang lebih bisa dianggap sebagai milestone dan sebagai perayaan pencapaian mereka dalam berkiprah di dunia musik sampai sejauh ini.

Karakter lagu-lagu Last Dinosaurs yang dipenuhi riff-riff gitar renyah dan lirik yang seringkali self-centered namun sebenarnya relatable dengan kehidupan kita, contohnya track “Sense”. “Sense” adalah sebuah lagu yang menyiratkan kegagalan Sean Caskey dalam berhubungan dengan mantan kekasihnya. Namun, di sisi lain “Sense” juga erat kaitannya dengan kekhawatiran beliau tentang keberlangsungan hidup Last Dinosaurs yang acap diterpa banyak masalah hingga ide-ide tentang breakup yang seringkali hinggap tak diundang. Selain itu, ada “Bass God”, “Dominos”, dan “Happy” yang merupakan cerminan produksi yang superior dari Last Dinos; “Italo Disco” dan “Non Lo So” dengan sedikit pengaruh Tame Impala yang 'gak Last Dinos banget' tapi tidak meninggalkan identitas mereka sama sekali.

source: genius.com
Tak diragukan lagi, Yumeno Garden merupakan sajian tersolid Sean cs sejauh ini dibandingkan dua album sebelumnya. Hanya satu yang terasa kurang, sebuah breakup anthem a la “Used To Be Mine” di album pertamanya, In A Million Years. Namun, itu tidak menjadi masalah. Struggle Last Dinosaurs untuk mempertahankan kekompakannya, yang nyaris sepanjang album direfleksikan oleh Sean, terbayar lunas lewat album yang sangat menyenangkan. Last Dinos seakan-akan dapat membaca teriakan dari fans-fans lama: formula klasik dari album pertama ditambah secuil modifikasi tapi tidak meninggalkan signature khas mereka, itu semualah yang membuat sensasi mendengarkan Yumeno Garden ini sama seperti ketika pertama kali mengenal Last Dinosaurs lewat game “Need For Speed” atau rekomendasi channel alternatif dari Youtube. Long Live The Los Dinos!

・・・

Sila simak video audio untuk “Eleven” berikut.



Baca Pula

0 comments