Cassette Store Day Semarang 2018 (Jurnal)

17 November


Gambar 1. Poster Acara (Dok. lapak024 di instagram)
Sekitar pada pukul 15.30 saya tiba di gelaran Cassette Store Day (CSD) 2018 Semarang. Walaupun telah dengan sengaja datang terlambat sekitar satu setengah jam, nyatanya suasana masih lengang dan para tenant masih sibuk menata rilisan-rilisan fisik yang dibawa mereka. Melihat hal tersebut, saya memutuskan untuk menunggu dan duduk terlebih dahulu di atas sebuah kursi.

Gambar 2. Panggung Utama Acara saat masih sepi (Dok. nomaden_store di instagram)
Di sebelah kursi yang saya duduki, terdapat sebuah kursi lain yang ditempatkan menghadapi meja kosong yang sama. Di atas kursi tersebut, duduklah seorang pria yang saya kira merupakan salah satu tenant. Merasa mungkin akan mengganggu kenyamanan, saya pun bertanya, “Mas, ini mejanya mau dipakai?”. Leganya, beliau menjawabnya dengan, “Oh, tidak saya juga pengunjung.”

Dari percakapan tersebut kami pun terlibat dalam percakapan-percakapan selanjutnya yang memuat topik-topik yang lebih menarik: mulai dari bagaimana masing-masing dari kami memutuskan untuk tetap menikmati musik dalam media ini, genre apa yang menjadi favorit masing-masing dari kami, hingga dari kota mana masing-masing dari kami berasal. Percakapan berlangsung sampai akhirnya beliau pun mengajak, “Ayo, mas, mulai lihat-lihat,” setelah suasananya sudah lebih siap.

Gambar 3. Suasana venue (Dok. doctoraudiocassette_ di instagram)

Turut beranjak, saya mulai menilik tatanan rapi kaset dan CD pada tiap-tiap meja. Melalui penilikan tersebut, dua buah CD yang sudah cukup lama masuk ke dalam wishlist memancing pandangan saya: Seaside — Undone dan Ghaust — Ghaust. Mengingat harga pasar kedua CD tersebut dan terbatasnya anggaran saya, saya sempat menimbang-nimbang untuk bertanya lebih lanjut. Sayangnya, setelah akhirnya memutuskan untuk bertanya, saya harus ikhlas mendapati bahwa kedua CD tersebut nyatanya memang melenceng terlalu jauh dari dana yang telah dianggarkan.

Sembari berusaha menghibur diri, saya pun mengalihkan langkah dan pandangan menuju meja yang berada di samping meja sebelumnya. Seketika itu mata saya menangkap kaset L’Arc~en~Ciel — Smile, salah satu rilisan yang belum ada dalam koleksi diskografi L’Arc saya. Sembari melakukan proses jual-beli, saya cukup terkesima saat mendapati diri saya diajak bertukar obrolan seputar L’Arc dan VAMPS. Kedua band tersebut terhubung satu sama lain melalui sang vokalis, namun cukup jarang ada orang yang menyukai keduanya sekaligus. Sebelum akhirnya beranjak saya sempat dijaja DVD live L’Arc, namun anggaran saya dengan sopannya kembali menghentikan saya kali ini.

Setelah kembali berkeliling sembari menanyakan harga dari tiap-tiap barang yang saya taksir, akhirnya saya terhenti pada hadapan dua buah meja yang ditempatkan di paling ujung. Di atas salah satunya terdapat sebuah album Crimson Eyes dalam format kaset 8-track. Kaset 8-track tersebut memancing rasa ingin tahu saya sehingga saya mulai bertanya-tanya dan terlibat dalam percakapan atasnya.

Gambar 4. Suasane venue (Dok. nomaden_store di instagram)
Mulai merasa lelah, saya akhirnya memutuskan untuk mencukupkan diri dan bertolak menuju ke rumah setelah cukup puas mendapatkan sejumlah tiga buah kaset yang saya minati: L’Arc~en~Ciel — Smile, Goddess of Fate — Spiral Orchid Part 1, dan JRSLM — Sang Utopis. Sialnya, perasaan puas tersebut pada akhirnya harus tercemari dengan sedikit perasaan iri yang muncul saat saya sempat melihat Scaller — 1991 yang didapatkan oleh pengunjung lain.

Baca Pula

0 comments