Alvvays — Antisocialites (Ulasan)
16 November
Saya menemukan Alvvays melalui laman Stereogum. Saat itu ada artikel yang memuat tentang dirilisnya “In Undertow”. Saya seketika jatuh hati kepada mereka. Kombinasi karakter vokal Molly Rankin, sound rock mengawang namun jangly, serta komposisi lagu yang tidak monoton berhasil menarik perhatian saya. Antisocialites pun masuk ke dalam daftar album yang saya tunggu perilisannya.Menawarkan dream pop yang lebih
Gambar 1. Cover Antisocialites |
Antisocialites dibuka dengan “In Undertow” yang sukses menawan hati. Track ini diawali oleh synth mengawang pada intro, disambut oleh genjrengan distorsi ringan sebagai rythm, dan ditutup dengan manis oleh vokal Molly yang meninggi.
Pada track kedua terdapat “Dreams Tonite” yang videonya membuat kesengsem. Video tersebut digarap dengan menyelipkan mereka di tengah footage jadul perkotaan. Lagunya sendiri sangat manis karena menceritakan tentang angan-angan pengagum rahasia. Lebih manis lagi kalau sambil melihat mbak Molly menyanyi. Duh.
Album ini dilanjutkan dengan “Plimsoll Punks” pada track ketiga. Track ini benar-benar “ro-ro-ro-rockin my brain…” karena lebih upbeat dibandingkan dengan dua track sebelumnya. Hal yang paling diingat dan mengejutkan adalah outro/interlude yang malah terdengar seperti milik Radiohead.
Track selanjutnya adalah “Your Type” yang ga pedean. “I will never be your type” katanya. Namun track ini malah dibawakan dengan cepat dan dengan drum menyentak mewakili perasaan gugup. Track ini sukses membuat saya selalu menganggukkan kepala.
“Not My Baby” dibuka dengan petikan manis dan suara knalpot motor yang merupakan perwujudan dari lirik “Now that you’re not my baby, I’ll go do whatever I want/No need to turn around to see what’s behind me, I don’t care” dan lirik-lirik selanjutnya. Sungguh permainan yang jenius di tengah lagu pelarian dari sakit hati. Selain itu, vokal rendah Molly terdengar seperti menirukan suara rendah kaum adam. Lucu dan bikin gemes.
“Hey” pada track kelima terdengar playful. Track ini penuh dengan kejutan. Synth dan ketukan janggal (7/8?) ala band psikedelik rock pada intro, petikan gitar jangly, dan lain-lainya yang sulit bila harus ditulis dalam daftar.
“Lollipop (Ode To Jim)” masih tetap mempertahan gitar jangly. Yang menarik dalam track ini adalah betapa bercecerannya isi track ini. Mulai dari backing vocal, echo, noise, dan petikan gitar dilempar ke dalam lagu ini. Dan bukannya ancur, tapi malah terdengar kompleks dan menarik.
“Already Gone” membawa saya terhanyut oleh sound-nya yang mellow, bahkan sebelum saya mendengarkan liriknya dengan seksama. Hal ini kontras dengan “Saved By A Waif” yang menghentak. Dalam track ini, terdengar suara seretan antar fret riuh yang dilawankan reff yang sunyi dan hanya diiringi perkusi.
Antisocialites ditutup oleh “Forget About Life” yang mengalun perlahan di antara malam. Tawaran dari Molly untuk sejenak melupakan hidup maunya sih saya iyakan saja. Soalnya saya juga pusing dari Senin sampai Jumat.
Album ini resmi berhenti saat ada suara mblero a la tape rusak. Hal ini dikomentari oleh ibu saya yang mengira ada sesuatu yang salah dengan player di rumah kami. Padahal yang lebih mengejutkan adalah ketika saya mendapati beliau, yang terkadang protes saat mendengar distorsi dan lirik bahasa asing, menghentakkan kaki saat album ini diputar.
Ulasan di atas mungkin terdengar hiperbolis, tetapi untuk album yang mendapat gelar album terbaik tahun 2017 dari beberapa majalah rasanya tidak juga. Sangat disayangkan karena sampai saat artikel ini saya tulis, saya belum berkenan menyisihkan uang untuk membeli kopi fisik Antisocialites, padahal sudah ada yang bersedia membuka pre-order-nya.
0 comments